Menghidupkan Ruang Literasi Perpustakaan SDN 69 Kota Bengkulu
Perpustakaan bukan sekadar tempat menyimpan buku. Ia adalah jendela dunia, pembuka cakrawala, dan rahim dari generasi yang mencintai ilmu pengetahuan. Di SD Negeri 69 Kota Bengkulu, perpustakaan sekolah tengah berbenah untuk menjadi ruang yang tidak hanya fungsional namun juga menarik minat para siswa untuk menjadikannya sebagai “rumah kedua” dalam mengembangkan budaya literasi.
Menumbuhkan Minat Baca dari Sudut yang Nyaman
“Pada waktu jam istirahat, biasanya mereka itu membaca buku cerita, kadang juga bikin tugas di perpustakaan,” ungkap Bu Ina, petugas perpustakaan yang dengan setia menjaga dan mengelola ruang literasi sekolah.
Dalam kunjungan tim narasumber yang didampingi oleh Bu Oti dari tim manajemen sekolah, terungkap bahwa minat baca siswa SD Negeri 69 Kota Bengkulu sebenarnya cukup tinggi. Mereka gemar membaca buku cerita dan tidak jarang juga meminjam buku-buku teks untuk dibawa pulang.
Namun, sebagaimana disampaikan oleh Bu Ina, masih ada ruang untuk peningkatan, khususnya dalam hal kenyamanan dan daya tarik visual ruang perpustakaan. “Nanti Bu Ina ngajukan aja nanti dengan kepala sekolah bagaimana nanti untuk bisa menjadi lebih indah, lebih cantik ruangannya. Jadi bisa menarik bagi anak-anak yang lain untuk bisa tempat dia bermain membaca,” kata Bu Oti memberikan saran.
Pohon Literasi: Menumbuhkan Cita-Cita Melalui Membaca
Salah satu ide kreatif yang dibahas adalah pembuatan “Pohon Literasi” di perpustakaan. Pohon ini akan dihiasi dengan kertas warna-warni yang berisi cita-cita para siswa.
“Nanti Bu Ina nanti dikreatifkan. Ingin menjadi sarjana, ingin menjadi dokter, ditempel-tempelin pakai kertas. Pakai kertas origami yang warna-warni, tempel langsung,” jelas Bu Oti. Ide ini diharapkan dapat memvisualisasikan hubungan antara membaca dengan pencapaian cita-cita, memberikan motivasi konkret bagi para siswa.
Koleksi Buku yang Terus Diperbarui
Perpustakaan SD Negeri 69 Kota Bengkulu terus memperbarui koleksi bukunya. Terlihat dari adanya buku-buku baru bantuan BOS (Bantuan Operasional Sekolah) untuk kelas 3 dan kelas 5 yang menggunakan Kurikulum Merdeka.
“Ini kemarin buku dari Mas Media, bantuan BOS untuk kelas 3 sama kelas 5,” jelas Bu Ina sambil menunjukkan tumpukan buku baru yang belum didistribusikan.
Perpustakaan ini juga menerapkan sistem yang bertanggung jawab dalam peminjaman buku. Jika ada buku yang hilang, siswa diharuskan menggantinya dengan buku yang serupa, bukan dengan uang. Hal ini mengajarkan tanggung jawab sekaligus menghargai nilai pengetahuan yang terkandung dalam buku.
Melibatkan Siswa dalam Pengelolaan Perpustakaan
Aspek menarik lainnya adalah keterlibatan siswa dalam pengelolaan perpustakaan. “Bu Ina tugasnya dari perpustakaan tanpa diperintah lagi minta tolong ke siswa bagaimana mereka bisa menyusun kembali buku ini supaya menjadi rapi,” ungkap Bu Oti.
Pendekatan ini tidak hanya membantu pengelolaan perpustakaan tetapi juga menanamkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab pada siswa terhadap fasilitas belajar mereka.
Rencana Pengembangan ke Depan
Ke depan, perpustakaan SD Negeri 69 Kota Bengkulu memiliki rencana untuk terus berbenah. “Hingga mempercantik ruangan, lantai nanti akan kita pikirkan. Nanti ke depannya, mudah-mudahan untuk di tahun ini akan ibu buat lebih menarik lagi,” ujar Bu Ina dengan penuh semangat.
Pengembangan ini sejalan dengan visi sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan mendukung perkembangan literasi siswa.
Perpustakaan : Jantung Pendidikan di Era Digital
Di tengah gempuran teknologi digital, perpustakaan tetap menjadi jantung pendidikan yang tak tergantikan. Keberadaannya bukan sekadar pelengkap fasilitas sekolah, tetapi merupakan investasi jangka panjang untuk membentuk generasi yang mencintai ilmu pengetahuan.
“Paling tidak kalau dia sudah masuk perpustakaan ada minat. Minat aja dulu. Oh perpustakaan bersih loh, perpustakaan rapi, perpustakaan indah, cantik. Paling tidak mereka sudah ada niat seperti itu,” tutup Bu Oti dengan optimisme.
Transformasi perpustakaan SD Negeri 69 Kota Bengkulu menjadi contoh konkret komitmen sekolah dalam membangun budaya literasi. Memperindah ruang baca bukan sekadar urusan estetika, tetapi strategi jitu untuk menarik minat baca anak-anak sejak dini – langkah kecil yang berdampak besar bagi masa depan pendidikan Indonesia.
“Membaca adalah jendela dunia. Perpustakaan adalah pintu gerbangnya.”